Megawati Raih Gelar Profesor Kehormatan dari Seoul Institute of The Arts, Ono Surono Turut Bangga

ARCOM.CO.ID ,Jakarta, (8/5/2022). Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono mengucapkan selamat atas penganugerahan gelar profesor kehormatan dari Seoul Institute of The Arts (SIA) yang diterima Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.

Rombongan Presiden Ke-5 RI tersebut telah mendarat di Seongnam, Seoul, Korea Selatan, Minggu (8/5/2022) waktu setempat.

Megawati Soekarnoputri diagendakan menghadiri acara pelantikan Presiden baru Korsel, Yoon Suk Yeol.

Dalam acara tersebut, mantan Presiden ke-5 RI akan menerima penganugerahan gelar profesor kehormatan dari Seoul Institute of The Arts (SIA).

“Sebagai ‘anak’ dari Ibu Mega, saya sangat bangga kepada beliau,” kata Ono Surono yang juga anggota Komisi IV DPR RI ini dalam keterangannya, Minggu (8/5/2022).

Ono Surono mengatakan, undangan menghadiri pelantikan Presiden Korsel dan penganugerahan gelar Profesor Kehormatan dari SIA, menjadi bukti Megawati Soekarnoputri merupakan sahabat bagi Korea Selatan.

“Selain itu, kepemimpinan serta kepedulian Megawati Soekarnoputri kepada bangsa dan negara tak hanya diakui oleh rakyat Indonesia tetapi juga negara-negara sahabat,” ujar Ono Surono.

“Undangan dari Republik Korea ini merupakan suatu kehormatan, dan gelar Profesor Kehormatan dari SIA, menjadi bukti Megawati Soekarnoputri adalah sahabat bagi Korea Selatan,” Ono Surono.

Informasi yang dihimpun, di Seoul Megawati Soekarnoputri akan hadir di pelantikan Presiden Korsel baru yang dijadwalkan,Selasa (10/5/2022), pukul 10.30 waktu setempat.

Pada malam harinya, Megawati Soekarnoputri akan hadir di jamuan makan malam yang dibuat khusus oleh Presiden Yoon.

Keesokan harinya, Megawati Soekarnoputri akan berangkat ke Istana Kepresidenan Korsel untuk melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Yoon.

Seusai pertemuan itu, Megawati Soekarnoputri akan langsung berangkat ke Gedung Seoul Institute of the Arts, sebab di lokasi tersebut Megawati akan menghadiri upacara penganugerahan gelar Profesor kehormatan.

Untuk diketahui, SIA sebagai pemberi gelar, adalah institusi pendidikan ternama yang sudah berdiri lebih dari 60 tahun.

Institusi tersebut telah melahirkan puluhan artis ternama dan berkualitas dari Korea.

Sebut saja Kim Seon Ho, Son Ye Jin, hingga Kim Ha-neul, dan penyanyi Wooyoung dari Grup 2PM, serta Presenter Yoo Jae-Suk.

Sedangkan Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan, pihak SIA memberi gelar Profesor tersebut karena menilai besarnya kontribusi serta komitmen kemanusiaan Megawati Soekarnoputri dalam memperjuangkan perdamaian di Semenanjung Korea, serta perhatiannya yang begitu besar terhadap demokrasi, lingkungan dan kebudayaan.

“Bahkan Megawati Soekarnoputri pernah menjadi utusan khusus Presiden Korea Selatan untuk ke Korea Utara dalam menjalankan diplomasi perdamaian,” ungkap Hasto Kristiyanto.

Karena pada dasarnya Korea ini satu bangsa dua negara, hanya karena perbedaan ideologi akibat perang dingin, kemudian terpecah menjadi dua negara, sehingga proses reunifikasi Korea harus terus menerus dijalankan dengan cara damai dan dialog,” ujar Hasto Kristiyanto.

“Diplomasi kebudayaan merupakan pendekatan penting yang bisa dilakukan,” kata Hasto Kristiyanto.

Seperti diketahui, Megawati dikenal sebagai sedikit pemimpin yang bisa diterima oleh pihak Korea Utara.

Hal ini terkait hubungan historis antara Proklamator RI yang juga ayah Megawati, Bung Karno, dan Great Leader Korea Utara, Kim Il Sung.

Dunia mencatat, bagaimana bunga Angrek yang diberikan Bung Karno dikenal dengan nama Kimilsungnia.

Bunga anggrek ini sekarang menjadi simbol bunga persahabatan antara Indonesia dan Korea Utara.

Gelar dari SIA ini bukan yang pertama dari Korsel untuk Megawati, sebelumnya Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila juga menerima gelar Doktor Honoris Causa dari beberapa universitas di Korea.

Pemberian gelar profesor dari SIA ini, menurut Hasto, menjadi penting di tengah ketegangan hubungan Selatan dan Utara saat ini, terutama setelah Korea Utara belum lama ini meluncurkan rudal balestik.

“Sebab Megawati konsisten dalam membangun dan mewujudkan perdamaian di Korea, diharapkan dengan kepemimpinan Megawati dapat diterima kedua belah pihak dalam membantu proses dialog bagi masa depan peninsula itu,” kata Hasto.

“Di sinilah pemberian Profesor kehormatan diberikan kepada Megawati dari Seoul Institute of The Arts, karena memang pendekatan kebudayaan itu suatu hal yang sangat penting,” kata Hasto.

“Seperti diketahui, SIA, sebelum memberikan gelar Profesor kehormatan sudah melakukan kajian-kajian terhadap kepemimpinan Megawati dan dedikasinya terhadap kebudayaan,” ungkap Hasta.

“Kalau kita lihat ke dalam, PDI Perjuangan adalah satu-satunya partai di Indonesia yang memiliki Badan Kebudayaan,” ungkap Hasto.

“Kebudayaan sebagai ruang dialog dalam politik itu juga hanya diwujudkan PDI Perjuangan, dan kita punya Badan Kebudayaan yang terbukti efektif dalam menjabarkan Pancasila melalui jalan Trisakti,” kata Hasto.

“Bahkan selama bulan puasa, menjelang sahur dan buka puasa, kita adakan kegiatan, begitupun pada saat peringatan hari besar agama lain, ini wujud Badan Kebudayaan mengangkat seluruh perspektif kebudayaan dalam peristiwa-peristiwa yang mengangkat religiusitas bangsa ini,” ujar Hasto.

Gelar profesor kehormatan dari SIA ini akan menjadi yang kedua untuk Megawati, sebelumnya pada Juni 2021 lalu, Megawati menerima gelar Profesor kehormatan dari Universitas Pertahanan (Unhan) RI di Bidang Kepemimpinan Strategik.

Sementara untuk gelar doktor kehormatan, Megawati sudah menerima sembilan, berikut daftarnya:

  1. Waseda University of Tokyo, Tokyo, Jepang, 29 September 2001 (Bidang Politik).
  2. Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Moskow, Rusia, 22 April 2003 (Bidang Politik).
  3. Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan, 19 Oktober 2015 (Bidang Politik).
  4. Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung, Indonesia, 25 Oktober 2016 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
  5. Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Indonesia, 27 September 2017 (Bidang Pendidikan Politik).
  6. Mokpo National University, Kota Mokpo, Korea Selatan, 16 November 2017 (Bidang Demokrasi Ekonomi).
  7. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bandung, Indonesia, 8 Maret 2018 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
  8. Fujian Normal University (FNU), Fuzhou, Fujian, Tiongkok, 5 November 2018 (Bidang Diplomasi Ekonomi).
  9. Soka University Japan, Tokyo, Jepang, 8 Januari 2020 (Bidang Kemanusiaan).

(BRH / RLS)